Sunday, December 21, 2008

Hari yang Aneh

Yap, judul posting gue kali ini memang mirip salah satu acara di salah satu stasiun televisi swasta ( salah satu mulu dari tadi :p ). Karena menurut gue, hari itu adalah hari yang sangat aneh dan melelahkan yang pernah terjadi dalam hidup gue.

Kisah ini berawal dari ajakan salah satu sahabat gue, Elva untuk menonton Twilight karena ybs katanya ingin sekali menonton, namun tidak kunjung mendapat teman pendamping. Kebetulan, keesokan harinya sepupu gue - yang salah satu anggota dungde juga – phira, mau nginep di rumah gue buat menghabiskan waktu liburnya. Gue pun mengirim pesan singkat kepada phira untuk mengajaknya bergabung bersama gue dan Elva
Gue: “phr. Ud nonton twilight belum??”
Phr: “belum mba, kenapa?”
Gue: “besok nonton yuk!”

Dan mengalirlah perbincangan kami seputar rencana menonton twilight keesokan harinya.


Keesokan harinya, phira datang sekitar jam sepuluh pagi. Singkat cerita, jam sebelas gue dan phira berangkat ke Mega XXI Bekasi untuk menonton twilight. Jam 12 siang kami sampai di sana dan bertemu dengan Dea - adik gue - yang baru saja pulang dari sekolah, mencoba melepaskan penatnya dengan ikut bergabung bersama kami.



Kami bertiga langsung berjalan menuju xxi untuk membeli tiket. Disana, kami menemukan Elva sudah berdiri menanti kami. Tanpa basa-basi kami langsung menuju loket untuk membeli dua buah tiket film twilight dan dua tiket film 3 doa 3 cinta untuk dea dan phira yang berubah pikiran.



Pukul 12.30, gue dan Elva masuk ke studio 1. 15 menit kemudian, Dea dan Phira masuk ke studio 3 untuk menonton 3 Doa 3 Cinta. Di dalam studio, gue merasa terganggu sama mas-mas yang ada di sebelah gue. Sepanjang film (halah, lebay!) ia selalu menjawab panggilan yang masuk ke telepon genggamnya. Yaahh, gue maklum, dia datang bersama temannya yang membawa pasangannya. Mungkin, ia merasa tersisih dan mencari teman ngobrol. Tapi, please dong, ga usah gitu juga.. huh.

Dua jam kemudian, kami berempat berkumpul kembali di lobby untuk melanjutkan perjalanan. Kami memutuskan untuk menunaikan shalat terlebih dahulu di mushallla. Ketika selesai menunaikan shalat dhuhur dan menunggu waktu ashar, gue ingat kalau bokap gue berencana ke Metropolitan Mall sore ini untuk membeli handphone baru buat Dea yang saat ini masih menggunakan handphone terberat diantara anggota dungde lainnya (haha, gimana ga berat? HP yang lain pada tipis, eh, dia dengan bangganya masih menggunakan CDMA 6255).
Gue pun mengirim pesan singkat ke bokap:
Gue: “ Pak, hari ini jadi ke MM? Aku lagi ada di Giant ni.. Ntar pulang bareng ya!”
Tak lama kemudian, satu pesan singkat masuk ke telepon genggam gue
Bokap: “Ada acara apa? Bapak sampe sana jam 5 an lebih!”
Gue: “Lagi nonton bareng Elva, Phira, Dea. Yaudah gapapa, aku tungguin”

Setelah menunaikan kewajiban salat Dhuhur dan Ashar di mushalla, perut kami terasa lapar. Kami berempat pun berpisah. Elva pulang. Gue, Dea, Phira meneruskan perjalanan. Kami berniat untuk menuju KFC (maklum, cari yang murah. Tadi siang udah beli J.Co setengah lusin. Hehe). Karena sudah janji bertemu bokap di MM, gue, Phira, Dea menyebrang dari Giant ke MM dan makan di sana.

Pukul 17.00, bokap telepon gue dan menanyakan keberadaan gue. Gue bilang kalo gue ada di KFC. Kami disuruh menunggu di pintu gerbang karena bokap gue akan menjemput di sana. Kami pun segera berjalan ke pintu gerbang, karena gue tau bokap gue paling tidak suka kalau harus menunggu lama.
Ketika sedang menunggu di pintu gerbang timur (kalau ga salah) bokap gue menelepon dan kembali menanyakan keberadaan gue. Aku ada di gerbang timur, di depan giant (maksud gue saat itu adalah, gue ada di pintu MM yang menghadap ke Giant)” jawab gue. Bokap gue pun mengatakan “Oke, jangan kemana-mana. Tunggu aja disitu”. Kami berempat pun menunggu di sana dan tidak bergeser se-inci pun. 15 Menit kemudian, bokap telepon gue lagi “Put, pindah ke pintu di deket KFC” Alhasil, kami pun langsung berlari ke pintu dekat KFC tempat tadi kami makan siang. Pintu itu jaraknya cukup jauh dari tempat yang pertama. Sesampainya di sana, HP gue kembali menerima panggilan masuk Put, dimana? Di Pintu deket KFC!” Bokap gue langsung berkata-kata dengan nada agak meninggi. “Ia pak, aku di sini, udah nungguin. Bapak di mana?” “Bapak di depan KFC nya, udah parkir. Masa ga liat bapak? Di pintu utama kan?” Gue merasa ada yang ganjil. Gue plus sepupu dan adek gue udah celingak-celinguk dari tadi di tempat itu tapi ga juga menemukan mobil bokap gue “Coba sebentar pak, kayaknya aku bukan di pintu utamanya deh” Bokap gue pun mengakhiri pembicaraan. Kami pun bergeser sedikit ke pintu utama MM yang menghadap jalan Kalimalang.
Di sana, kami tak juga menemukan mobil bokap gue. Di tengah suasana yang panik karena tak juga menemukan mobil bokap gue, bokap kembali menelepon gue. “Ia pak, bapak di mana sih?” jawab gue langsung. “Put, Putri dimana? Bapak ada di pintu yang deket KFC! Itu lho, yang deket J.Co juga” Waduh, gue makin bingung. Gue pun berjalan ke arah pintu yang tadi, diikuti dua orang yang tampaknya juga sudah pasrah dan mengikuti kemanapun gue pergi. “Sebentar pak, jangan ditutup dulu” ujar gue sambil terus berjalan, berbalik ke pintu yang tadi. “Ia pak, aku udah ada di sini. Bapak di mana” Bapak udah parkir dari tadi di depan KFC! MASA KAMU GA LIAT!!” hadoh.. Bokap udah mulai marah. Sialnya, gue juga tidak kunjung menemukan mobil bokap gue. Padahal, kedua mata gue udah gue buka selebar mungkin. Dea pun sudah sedikit menenangkan hati kami dengan berteriak tiga kali “Itu mbak, mobil bapak!” Namun, ucapannya bohong belaka. Ia hanya berkata “Eh, bukan deng” sambil nyengir. Kembali ke perbincangan gue sama bokap “Ia pak, aku juga dari tadi udah di sini. Tapi ga liat bapak. Bapak di pintu hotel bukan sih? Yang ada gongnya!” tanya gue berusaha melacak keberadaan bokap gue. “Kok hotel segala sih?? Ini bapak parkir di depan KFC. Pintu yang menghadap MM!” ……….. Sesaat gue diam dan merasakan ada yang salah. “ Kok pintu yang ngadep MM sih? Ini kan di MM pak.” “Lho? Kamu di mana sebenernya?” “Di MM. Bapak di mana?” “yaaaaaaa ini Bapak nunggu di Giant! Kamu ngapain ke MM segala?” yak. Saudara-saudara. Berakhir sudah penderitaan gue. Sekian lama berlari-lari kecil layaknya sedang menunaikan sa'i antara bukit Shofa dan Marwah, akhirnya gue menemukan titik terang. Ternyata, gue salah tempat! Dengan rasa gondok yang mendalam, gue memberitahukan kepada Dea dan Phira kalau kita salah tempat. Mereka cuma ngomong “jiaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh…”
Gue pun berkata ke bokap “Ya udah, bapak tunggu di sana, aku nyebrang sekarang.” Alih-alih berharap bokap gue sedikit lebih baik dengan berkata “Udah ga usah, Bapak aja yang ke sana” , beliau malah berkata “Ya udah kesini cepet!!”
Akhirnya kami bertiga pun menaiki jembatan penyebrangan yang tingginya Naudzubillah, mencoba mencapai Giant dengan sisa-sisa tenaga yang kami miliki.
Ya Allah, begitu beratnya cobaan ini!! J.Co dan KFC pun terasa menguap begitu saja. Kami kembali lapar. -___-”